Pada bulan September 2013 Kota Banjarmasin
mengalami Deflasi sebesar 0,60 persen. Dari 66 kota di Indonesia, tercatat 53
kota mengalami deflasi, sedangkan 13 kota lainnya mengalami inflasi. Deflasi
tertinggi terjadi di Kota Sorong sebesar 4,28 persen dan deflasi
terendah terjadi di Kota Surabaya
sebesar 0,02 persen, sedangkan inflasi tertinggi terjadi
di Kota Tanjung Pinang sebesar 1,70 persen dan
inflasi terendah terjadi di Kota
Sukabumi dan Singkawang sebesar
0,04 persen.
Deflasi Kota Banjarmasin terjadi karena adanya penurunan
harga yang ditunjukan oleh turunnya indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 3,64
persen, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,55
persen. Sementara itu kelompok makanan jadi naik sebesar 0,56 persen, kelompok
perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar naik sebesar 1,19 persen,
kelompok sandang naik sebesar 2,20 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,11
persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga naik sebesar 0,21 persen.
Sepuluh
komoditas utama yang
mendorong terjadinya deflasi
adalah
bawang merah, ikan gabus, angkutan udara, ikan bandeng,
cabe merah, ikan layang, daging ayam ras, udang basah, cumi-cumi, dan telur
ayam ras.
Sepuluh
komoditas utama yang
menahan terjadinya deflasi adalah bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, sop, mobil,
soto, nasi, ikan patin, sekolah dasar, ikan sepat siam, dan daging sapi.
Menurut komponennya, barang-barang yang harganya
dipengaruhi oleh kebijakan
pemerintah (administered goods inflation) secara umum mengalami inflasi sebesar 1,30 persen, harga yang
bergejolak (volatile goods inflation)
deflasi sebesar 3,66 persen dan komponen inti (core inflation) mengalami inflasi sebesar
0,35 persen.